0
Akreditasi Institusi STAI Al Hikmah
Posted by Unknown
on
20.08
in
Artikel
Dua
orang asesor yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Mereka adalah Prof.
Subanar, Ph.D dari Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Dr. Ahmad
Yani Anshori, M.Ag., dari Fakultas Syari’ah Univeritas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Keduanya adalah dua orang asesor yang ditunjuk BAN-PT
(Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi) untuk memvisitasi beberapa
perguruan tinggi di Jawa Timur pada bulan Agustus 2017 ini, termasuk salah
satunya adalah institusi dimana saya bekerja, STAI Al Hikmah Tuban.
Tepat
pada hari jum’at, 18 Agustus 2017 akreditasi itu dilaksanakan. Mulai dari pagi,
pukul 08.00 sampai dengan pukul 18.00 WIB, dengan jeda Ishoma di siang hari.
Persiapan telah dipersiapkan jauh-jauh hari, kurang lebih 5 bulan sebelumnya.
Dengan bantuan seorang konselor akreditasi, panitia pesiapan akreditasi yang
terdiri dari para dosen dan staff, bersama menyusun borang akreditasi dengan
sebaik-baiknya, yang kemudian dilanjutkan melengkapi dokumen-dokumen bukti
fisiknya. Dokumen bukti fisik adalah semua dokumen (buku, blangko, manual
prosedur, dan sebagainya) yang menjadi pedoman aplikatif bukti dilaksanakannya
pengelolaan dan aktifitas pergutuan tinggi yang meliputi 7 standar pergutuan
tinggi. Sungguh pekerjaan yang melelahkan, karena panitia harus melengkapi
semua bukti dokumen fisik itu dalam waktu yang relatif singkat, karena surat
perintah visitasi dari BAN-PT mendadak sekali keluarnya.
Dari
visitasi tersebut, banyak sekali kritik konstruktif yang kita dapatkan. Dua
asesor yang tegas namun ramah, membuat proses akreditasi berjalan lancar dan penuh
canda tawa. Kami bertekad selalu memperbaiki dan meningkatkan kualitas manajerial
dan layanan pendidikan di STAI Al Hikmah ini. Dengan kerja tim yang kompak, semuanya
pasti bisa teratasi. Amin.
Bicara
tentang borang akresitasi institusi, dokumen ini terdiri dari 3 bagian. Pertama
adalah borang institusi sendiri yang terdiri dari 7 (tujuh) standar pendidikan
tinggi. Tujuh standar itu antara lain; a) standar 1: visi, misi, tujuan dan
strategi pencapaiannya, b) standar 2: tata pamong, kepemimpinan, sistem
pengelolaan dan penjaminan mutu, c) standar 3: mahasiswa dan lulusan, d)
standar 4: sumber daya manusia, e) standar 5: kurikulum, pembelajaran dan
suasana akademik, f) standar 6: pembiayaan, sarpras dan sistem informasi, dan
g) standar 7: penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan kerjasama.
Bagian kedua
adalah dokumen evaluasi diri. Dokumen ini berisi catatan evaluasi terhadap
tujuh standar yang telah dipaparkan pada dokumen pertama. Segala kendala dan
capaian dalam tiap standar pendidikan tinggi itu dikoreksi sedemikian rupa sisi
positif dan negatifnya. Bagian ini, hanya dapat disusun setelah selesai
menelaah semua dokumen standar 1 sampai dengan 7.
Sedangkan
yang ketiga adalah dokumen lampiran, yang terdiri dari SK pendirian
Institusi, SK pendirian Prodi dan sertifikat akreditasi perguruan tinggi atau
prodi yang telah dilakukan sebelumnya. Ketiga dokumen tersebut diprint out dan
dijilid, sambil diburning di CD dan kemudian dikirimkan di BAN-PT pusat
di Jakarta. BAN PT memeriksa dan memberikan tenggat waktu pendaftaran
akreditasi institusi yang dibuka untuk seluruh perguruan tinggi se Indonesia,
dari Sabang sampai Merauke. Sebelum tenggat waktu itu ditutup, tiap kampus yang
menginginkan dilakukan visitasi terhadap institusinya, haruslah mengirimkan dokumen
borang akreditasinya sebelum tenggat waktu itu habis. Jika sudah, kemudian akan
dibuatkan jadwal visitasi yang akan dilakukan oleh dua orang asesor untuk tiap
satu perguruan tinggi.
Saya
terkesan dengan kedua asesor. Sikapnya yang ramah, apa adanya, tidak ragu-ragu
dalam mengkritik dan selalu menyertai kritikannya dengan solusi-solusi
konstruktif. Pertama adalah Prosefor Subanar. Ia adalah asli orang Trenggalek Jawa
Timur, yang sangat paham terhadap budaya Jawa dan ramah dengan sesama. Ia Guru
Besar Matematika di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Ia secaa fokus
mengoreksi dokumen borang akreditasi institusi—yang di dalamnya lengkap berisi
uraian 7 standar—dengan sangat teliti. Kami yang bertanggung jawab di tiap
standar sampai berkeringat dingin menjawab pertanyaan dari beliau. Kekurangan
kami yang paling fatal adalah kami tidak menggambarkan fakta real sebenarnya
keadaan kampus. Beliau justru tidak senang ketika dokumen yang disusun beserta
bukti fisiknya itu tidak sesuai atau terlalu melangit dari keadaan institusi
yang sebenarnya. Ia mengatakan “sudahlah, tidak usah berputar-putar, kit
sama-sama orang Jawa, tolong Anda jawab yang sebenarnya terjadi, saya lebih senang
demikian, dan itu tidak masalah”. Sembari diselingi candaan ringan, membuat
suasana cair dan mengurangi ketegangan.
Asesor
kedua yang juga membuat saya terkesan adalah, Doktor Ahmad Yani Anshori. Untuk
asesor yang satu ini kami tidak terlalu cemas dan khawatir, karena ia berasal
dari kultur yang sama dengan kampus STAI Al Hikmah, yaitu kultur pesantren. Ia
asli orang Rembang dan sekarang bekerja di almamater UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, tepatnya di fakultas Syariah. Disamping itu, beberapa dosen kami juga
sudah mengenal beliau, karena dulu pernah menjadi mahasiswanya selama kuliah
S1. Badannya tinggi besar dengan berhias songkok hitam ala Soekarno, membuat
banyak teman-teman dosen perempuan terkesan. Satu hal yang tak pernah lekang
darinya adalah ia selalu menyempatkan menghisap rokok saat waktu santai. Kalau
Prof. Subanar lebih fokus pada redaksional dokumen print out dan bukti fisik
borang, maka Doktor Yani lebih fokus pada pencatatan hasil temuan visitasi pada
aplikasi penilaian di komputer. Sesekali ia memberikan kritikan dan masukan
kepada jajaran kampus, menambahi paparan dari Prof. Subanar. Proses itu
berlangsung mulai pagi, dan tepat saat maghrib semua rangkaian acara sudah
rampung.
Apapaun
hasinya, kami bisa menerima dengan lapang dada. Karena segala biaya, daya dan
upaya telah kami lakukan. Nilai akreditas A, B atau C akan sangat bermanfaat
bagi institusi STAI Al Hikmah Tuban, karena kampus telah berstatus
terakreditasi, yang pertama kali. Perjalanan Kampus yang berada di bawah
naungan yayasan Pondok Pesantren Al Hikmah Singgahan Tuban ini mengalami grafik
perkembangan yang signifikan, dalam besutan tangan dingin KH. M. Husnan
Dimyathi. Berawal dari kelas jauh UNISLA yang kini sudah ditutup dan berdiri
sendiri dengan nama STAI Al Hikmah Tuban, hari ini sudah dipercaya oleh
masyarakat Tuban dan sekitarnya. Lima program studi, yaitu Manajemen Pendidikan
Islam, Pendidikan Guru MI, Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Ekonomi Syari’ah
dan Ahwal AL-Syahsiyah kini sudah ramai dipenuhi mahasiswa. Program ke depan
adalah perbaikan sistem pengelolaan sebagaimana rekomendasi dari kedua asesor,
pembukaan prodi baru dan peralihan status menjadi institut. Semua ini perlu
upaya ekstra dari semua pihak dan tentunya dukungan dari pemerintah.
Wallalu A’lam
Tuban Kota, 10 Nopember 2017
Posting Komentar