0

Optimalisasi Peran Ormada (Organisasi Mahasiswa Daerah) Tuban

Posted by Unknown on 10.51 in


Ormada Tuban; Sebuah Cita-Cita Luhur
            Mahasiswa sebagai salah satu simbol golongan insan cerdik cendekia menjadi komponen penting dalam struktur sosial di masyarakat. Keberadaannya diharapkan menjadi gerbong pendobrak menuju kesejahteraan masyarakat yang lebih baik melalui pendidikan dan keterampilan dalam berbagai macam bidang pengetahuan yang dibuka di perguruan tinggi. Selain itu, peran yang tidak kalah penting dari mahasiswa adalah gelar agent of change yang disematkan kepadanya. Hal ini menemukan momentumnya ketika suksesnya gerakan mahasiswa Indonesia 1998 yang mampu menumbangkan rezim otoritarian yang memegang status quo saat itu. Inilah peran mahasiswa yang oleh Antonio Gramsci disebut sebagai “intelektual organik”, yaitu seseorang yang dapat memberikan kesadaran homogenitas bagi kelompoknya dan kelompok lain. Seorang intelektual organik harus merupakan seorang pioner, organisator, dan pejuang militan. Dimana semua diorientasikan lebih mementingkan kepentingan sosial di atas kepentingan pribadi. Posisi ini menempatkan mahasiswa menjadi komponen masyarakat yang memiliki tanggung jawab besar dalam melakukan pembacaaan terhadap realitas sosial dan melakukan perbaikan-perbaikan menuju perubahan tatanan sosial yang lebih baik.
            Kepedulian mahasiswa terhadap nasib bangsanya dengan banyak melakukan aksi-aksi sosial pada level nasional maupun regional juga harus dilengkapi dengan kepeduliannya terhadap nasib daerahnya sendiri di mana ia berasal dan tinggal. Sangat naïf apabila seseorang banyak berkontribusi secara nasional, akan tetapi tidak memperhatikan nasib masyarakat di daerahnya sendiri. Hal inilah yang mengetuk hati kawan-kawan mahasiswa yang berasal atau berdomisili di Kabupaten Tuban. Mereka yang berada di luar kota Tuban untuk menimba ilmu di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) atau Perguruan Tinggi Swasta (PTS) mengikat diri dengan latar belakang persamaan daerah kelahiran atau persamaan letak geografis dalam sebuah ikatan Organisasi Mahasiswa Daerah (Ormada) Tuban. Melalui Ormada ini para generasi muda Tuban mengikatkan diri dalam persaudaranan yang erat sebagai sesama perantau di luar kota. Dengan latar belakang persamaan itu, mereka melakukan komunikasi intensif dengan mencari informasi tentang mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari Tuban, sampai pada akhirnya membentuk perkumpulan dan diresmikan dalam wadah organisasi. Organisasi tersebut ada yang bersifat sebagai ajang perkumpulan rutin pengisi waktu luang saja dan pada level yang lebih rumit, organisasi tersebut melakukan pengkaderan sistematis dengan program-program yang menyentuh langsung pada masyarakat Tuban, sesuai dengan keterampilan yang dimiliki dan latar belakang kampus masing-masing.
            Di beberapa daerah, telah dibentuk beberapa Ormada Tuban yang telah aktif cukup lama. Ormada-Ormada Tuban itu ada yang eksis di satu kampus saja dan ada pula yang menjalin komunikasi lebih luas dalam Ormada lintas kampus. Untuk Ormada Tuban di internal kampus dapat kita lihat seperti di UIN Sunan Ampel Surabaya mendirikan IMARO (Ikatan Mahasiswa Ronggolawe), di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) mendirikan FORMAT (Forum Mahasiswa Tuban), di Universitas Airlangga mendirikan  KSATRIA (Keluarga Mahasiswa Tuban Universitas Airlangga), di Instutut Sepuluh November (ITS) mendirikan RUMAH ROTAN (Forum Mahasiswa Ronggolawe Tuban). Kemudian di daerah malang beberapa perguruan tinggi juga membuat komunitas yang sama. Sebut saja di UIN Maliki Malang mendirikan PERMATA (Perhimpunan Mahasiswa Tuban), di Universitas Negeri Malang (UM) mendirikan HIMARATU (Himpunan Mahasiswa Ronggolawe Tuban) di Universitas Brawijawa (UB) mendirikan HIMALAYA (Himpunan Mahasiswa Ronggolawe Brawijaya) dan bahkan masih banyak yang lainnya yang berlum terdeteksi. Kemudian dalam bentuk yang berikutnya, Ormada Tuban yang ada di beberapa kampus membentuk himpunan tersendiri, seperti di Surabaya terdapat FKMRT (Forum Komunikasi Mahasiswa Ronggolawe Tuban) yang mengklaim sebagai perhimpunan mahasiswa asal Tuban se-Surabaya, di daerah Yogyakarta juga terdapat KPMRT (Keluarga Pelajar Mahasiswa Ronggolawe Tuban) sebagai wadah persaudaraan mahasiswa asal Tuban yang kuliah di Yogyakarta, dan sekitar daerah ibu kota Jakarta ada IMRT (Ikatan Mahasiswa Ronggolawe Tuban). Ormada Tuban yang dibentuk di beberapa kampus besar di luar kota ini merupakan wujud cita-cita luhur dari generasi muda Tuban untuk berkontribusi terhadap daerah kelahirannya dalam bentuk berbagai macam kegiatan positif yang dilakukan. Melalui organiasai paguyuban seperti ini, peran nyata individu akan lebih termobilisasi dengan baik sehinga menghasilkan peran-peran yang lebih banyak serta dapat dirasakan oleh masyarakat.
Nilai-Nilai Positif Terbentuknya Ormada Tuban
            Sebagai salah satu  bentuk pengabdian terhadap tempat kelahiran, Ormada Tuban memiliki nilai-nilai positif dan bermanfaat. Pertama, Ormada Tuban sebagai wadah persaudaraan sesama mahasiswa yang senasib sepenanggungan di luar kota. Adanya organisasi ini akan semakin memperbanyak relasi sesama teman satu daerah. Dalam Islam, persaudaraan begitu ditekankan dalam hubungan sesama manusia, sebagaimana dalam al-Qur’an surat Al-Hujurat (49): 13, dijelaskan:  Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal…….”. Potongan arti ayat ini menyiratkan kita untuk mencari teman atau relasi sebanyak-banyaknya dalam ikatan persaudaraan yang kokoh. Adanya Ormada Tuban akan semakin mempererat jalinan persaudaraan sesama saudara Tuban, yang dahulu tidak pernah kenal, melalui wadah ini dapat aling berinteraksi dan mengenal satu sama lain. Kedua, wadah Ormada Tuban ini menjadi sarana pengabdian mahasiswa Tuban kepada bumi kelahirannya. Ini sejalan dengan salah satu tri dharma perguruan tinggi, yaitu fungsi pengabdian masyarakat. Kalau di perguruan tinggi bentuk pengabdian msyarakat yang dilakukan dalam bentuk KKN (Kuliah Kerja Nyata) adalah tuntutan kewajiban kampus yang implikasinya pada kelulusan, sedangkan di Ormada Tuban pengabdian masyarakat adalah merupakan panggilan jiwa dari putra-putri daerah yang memang sudah seharusnya berkontribusi kepada bumi tempat kelahirannya. Ketiga, Ormada Tuban yang beranggotakan mahasiswa perguruan tinggi merupakan ujung tombak pengembangan ilmu pengetahuan di Kabupaten Tuban. Melalui kemampuan metodologi penelitian, mahasiswa asal Tuban dapat melalukan aksi-aksi sosialnya berlandaskan ilmu pengetahuan. Aksi sosial yang dibentuk dengan berbasis pada intelektualitas akan dapat tepat sasaran dan bermanfaat bagi masyarakat. Di samping itu, keberhasilan para anggota Ormada Tuban ini dapat ditularkan pula kepada para juniornya yang masih duduk di bangku sekolah, agar sejak dini lebih dapat mempersiapkan diri untuk belajar di perguruan tinggi ternama dengan bimbingan para seniornya tersebut. Keempat, terbentuknya Ormada Tuban ini memberikan informasi peluang karir tersendiri kepada para anggotanya. Sebagai mahasiswa, sudah barang tentu tujuan akhirnya adalah dapat berkiprah di dunia kerja sesuai dengan bidang keahlian yang dipelajari di perguruan tinggi tanpa mengesampingkan peran sosialnya. Interaksi yang terjalin di Ormada ini akan semakin memperkaya informasi para anggotanya akan adanya peluang kerja yang dapat dimanfaatkan, baik di daerah Tuban sendiri atau di luar wilayah Tuban. Setelah para alumninya dapat berkiprah di dunia kerja, maka peluang-peluang itu akan dapat dimanfaatkan pula kepada para juniornya yang masih harus menjalankan roda organisasi, begitu pula seterusnya. Nilai-nilai ini harus diinternaslisasikan di setiap ormada Tuban dan menjadi landasan di tiap kegiatannya.
Ekses-Ekses Negatif di Ormada Tuban
            Berdirinya berbagai Ormada Tuban di tiap kampus tidak dapat dupungkiri juga menimbulkan ekses-ekses negatif yang jika terus dibiarkan dalam jangka panjang akan berdampak buruk. Beberapa ekses negatif selama ini dapat penulis kelompokkan ke dalam tiga masalah. Pertama adalah masalah perbedaan kultur kampus. Pengelolaan kampus dalam dua pintu kementerian, yaitu Kementerian Pendidikan Tinggi (dulu Kemendiknas) dan Kementerian Agama menjadikan beberapa perguruan tinggi yang berada di dua naungan kementerian tersebut memiliki paradigma ilmu pengetahuan yang berbeda. Perbedaan institusional tersebut juga berimbas pada cara berpikir para mahasiswanya, dan bahkan pola hidupnya. Mahasiswa Tuban pun terpolarisasi dalam dua paradigma ilmu pengetahuan ini, dimana perguruan tinggi umum yang dikelola Dikti cenderung meganggap ilmu pengetahuan itu bebas nilai (value free) sebagai adopsi dari world view Barat, sehingga seakan-akan tidak ada campur tangan agama di dalam ilmu pengetahuan. Disisi lain kampus-kampus agama di bawah naungan Kemenag sedang gencar-gencarnya menggalakkan Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Islamization of knowledge) yang menentang keras sekularisasi dan paham ‘ilmu bebas nilai’. Dalam bentuk yang ekstrim, kedua paradigma ini menjadikan Ormada tuban di kedua jenis kampus ini tidak mau melakukan interaksi yang terbuka dan cenderung menutup diri hanya pada internal Ormada-nya saja. Kedua, masalah gengsi antar kampus. Dalam pergaulan, biasanya terdapat perbedaan yang tajam antara mahasiswa Tuban yang kuliah di kampus negeri dan swasta, antara kampus besar dan kampus kecil, dan antara kampus mahal dan kampus murah. Kampus yang ternama mensiratkan para mahasiswanya adalah orang-orang yang cerdas, ber-IQ tinggi, profesional, tergolong kalangan menengah ke atas dan sebagainya. Sedangkan kampus yang kebih inverior terkesan mahasiswanya kurang cerdas, IQ-nya lemah, tidak profesional dan masuk kalangan menengah ke bawah secara ekonomi. Tidak dapat dipungkiri, pandangan dan gelagat seperti ini banyak ditemui di kalangan mahasiswa Tuban, yang menjadikan Ormada Tuban terpolarisasi dalam dua model kampus yang berbeda ini. Ketiga, adalah adanya sentimen ideologis dan politis dari gerakan mahasiswa yang berkembang di dunia kampus. Ormada Tuban adalah perkumpulan paguyuban mahasiswa Tuban yang terdiri dari lintas agama, lintas ideologi dan lintas pandangan politik. Ketika berada dalam naungan Ormada Tuban yang diikat oleh persamaan nasib yaitu sama-sama menimba ilmu di perguruan tinggi luar kota dan  lahir di daerah yang sama, maka berbagai warna bendera yang menjadi identitas setiap individu mahasiswa Tuban harus dilebur jadi satu dalam Ormada Tuban dengan visi yang sama, yaitu persaudaraan dan pengabdian. Latar belakang perbedaan tersebut justru harus dijadikan kekayaan sumber daya para anggota Ormada Tuban yang sangat bermanfaat bagi berjalannya organisasi. Jika di dalam tubuh Ormada Tuban ini ada motif ideologis dan politis yang sengaja disebarkan, maka akan menyebabkan kehancuran Ormada Tuban  sendiri di masa mendatang.

Menghapus Perbedaan Menyemai Kebersamaan
            Beberapa ekses di atas harus segera dicarikan solusinya dan jangan dibiarkan terus berlarut-larut. Segala ekses negatif di atas dapat diminimalisir dan bahkan dihapus dengan jalan tiap Ormada Tuban di  internal kampus yang memiliki beragai macam nama itu mau untuk membuka diri dan berdialog dengan Ormada sejenis di kampus lainnya. Membuka diri berarti bersedia untuk menerima kritik dan saran yang membangun bagi organisasinya, baik yang berasal dari internal organisasi atau dari luar. Kemudian membiasakan mangadakan forum-forum dialog antar Ormada Tuban dari kampus-kampus yang berbeda. Dari komunikasi tersebut akan ada saling share kekurangan dan kelebihan masing-masing, sehingga satu sama lain dapat saling belajar memperbaiki kekurangannya. Proses dialog yang intens perlahan-lahan akan dapat mengurangi ekses-ekses negatif di atas. Beberapa waktu yang lalu sempat ada forum bersama dari berbagai Ormada Tuban yang membahas bagaimana masa depan Ormada Tuban ini. Dari forum itu diputuskan di tiap perguruan tinggi luar kota Tuban harus dibentuk sebuah Ormada Tuban yang bertujuan mengumpulkan dan menyatukan para mahasiswa asal Tuban dengan nama dan model masing-masing kampus. Kemudian dalam tataran yang lebih luas dibentuk semacam forum komunikasi antar Ormada Tuban di semua kampus di tiap kota besar. Contoh baik adalah adanya FKMRT (Forum Komunikasi Mahasiswa Ronggolawe Tuban) se-Surabaya dan KPMRT (Keluarga Pelajar Mahasiswa Ronggolawe Tuban) se-Yogyakarta serta IMRT (Ikatan Mahasiswa Ronggolawe Tuban) di Jakarta. Ketiga bentuk forum komunikasi ini menjadi model yang akan dikembangkan ke depan, walaupun di dalamnya masih banyak kekurangan. Secara internal, Ormada di tiap kampus memiliki wadah sendiri dengan nama-nama yang berbeda dan menjalankan program organisasinya, kemudian agar dapat berinteraksi dengan Ormada-Ormada Tuban lain, maka dibentukah forum komunikasi seperti di atas. Demikian seterusnya, forum tersebut dibentuk di tiap kota besar yang di sana banyak terdapat mahasiswa asal Tuban, sampai pada level nasional. Akan tetapi semuanya masih terhenti pada tataran gagasan, oleh karena itu yang dibutuhkan sekarang ini adalah aksi tindakan nyata untuk merealisasikan hal itu.
Kerjasama dengan Pemerintah KabupatenTuban
            Soliditas Ormada Tuban baik di internal dan eksternal kampus yang sudah terjalin harus di sertai dengan kejelian membaca peluang yang ada. Peluang-peluang yang dimaksud di sini adalah adanya kebijakan maupun program-program dari pemerintah pusat, pemerintah propinsi maupun Pemkab Tuban sendiri. Dari program-program tersebut dicari yang berhubungan dengan kegiatan sosial bagi masyarakat Tuban, terutama yang membutuhkan. Apabila di dalam program-program tersebut terdapat peluang kerja sama, maka itu dapat dilakukan, yaitu bekerja sama antara Ormada Tuban dengan dinas pemerintah terkait untuk melalukan program kegiatan secara bersama. Apabila kesepakatan kerjasama itu berhasil, maka Ormada akan mendapatkan bantuan fasilitas dan dana yang memadai. Selama ini, hubungan dengan dinas terkait hanya sebatas koordinasi, belum sampai pada kerja sama yang serius. Seperti pameran pendidikan maupun bhakti sosial, masih dalam batas berkoordinasi dengan dinas pendidikan dan dinas sosial. Oleh sebab itu, diperlukan langkah yang real untuk menuju ke arah kerja sama, yaitu dengan melakukan audiensi atau forum bersama antara semua Ormada Tuban dengan Pemkab Tuban, dimana di sana dijelaskan program-program Ormada selama se-periode yang dicocokkan dengan program pemerintah, dan mencari peluang-peluang kerja sama yang dapat dilakukan. Sebetulnya, sudah menjadi kewajiban Pemkab Tuban untuk memfasilitasi dan mendukung program-program yang dilakukan Ormada Tuban yang sampai saat ini itu sangat minim diberikan. Walaupun begitu, Ormada sebagai bagian dari people power masyarakat Tuban juga tidak boleh kehilangan daya kritisnya terhadap segala penyelewengan yang dimungkinkan dilakukan oleh pemerintah.
Menyiapkan Wadah Lanjutan
            Hal lain yang perlu dilakukan adalah menyiapkan wadah lanjutan bagi para alumni Ormada Tuban tersebut. Selepas menimba ilmu di perguruan tinggi, kesibukan para alumni Ormada Tuban ini adalah masuk di dunia kerja. Mereka banyak yang berkarir di dalam wilayah Tuban sendiri dan ada yang memilih berkarir di luar Tuban. Di dalam wilayah Tuban, mereka dapat memanfaatkan jaringan alumni organisasi ini untuk berkarir dan bersama melakukan kiprah sosial dengan mendirikan sendiri Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Tuban, atau masuk pada Ormas-Ormas agama ataupun sosial yang sudah ada. Di mana semuanya diorientasikan untuk melanjutkan peran sosial dan pengabdian kepada daerah kelahiran kita. Sedangkan bagi para alumni Ormada Tuban yang berada di luar kota—yang kebanyakan kota-kota besar—dapat masuk pada organiasi paguyuban Tuban yang sudah ada, atau yang belum ada dapat mendirikannya. Misalnya di Jabodetabek ada PAWARTA (Paguyuban Warga Jakarta Asal Tuban) dan di Surabaya ada Paguyuban Ronggolawe. Anggota perkumpulan tersebut diisi oleh para pengusaha, dosen, tenaga profesional, pegawai pemerintah dan lain sebagainya yang berasal dari Tuban. Setelah berkiprah di Ormada Tuban selama menjadi mahasiswa, maka wadah selanjutnya adalah masik dalam perkumpulan warga Tuban yang berada dalam perantauan. Jaringan antara Ormada Tuban dan paguyuban warga asal Tuban ini dapat menjadi sarana untuk memberikan kiprah pengabdian bagi Tuban, meskipun mereka berada di luar wilayah Tuban. Demikian terus selanjutnya dari generasi ke generasi, melestarkikan persaudaraan, sukses bersama dan memberikan peran bersama sekecil apapun bagi kebaikan daerah dan masyarakat Tuban.
Wallahu 'A’lam……

0 Comments

Posting Komentar

Copyright © 2009 TANPA BATAS All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.