0
KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM*
Posted by Unknown
on
23.42
in
Makalah
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas
dari berbagai aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir,
sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan
sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta
didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program
pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang
perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan
kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan
suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing),
menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu
kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan
suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat
memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan.
Berbagai macam model
kurikulum telah dikembangkan oleh para ahli kurikulum, pendidikan dan
psikologi. Sudut pandang ahli yang satu terkadang berbeda dengan sudut pandang
ahli yang lain. Ada yang memandang dari sudut isinya dan ada juga yang
memandang dari sisi pengelolaanya (sentralisitik atau desentralistik). Tidak
sedikit pula ahli yang mengembangkan model kurikulum dari sisi proses
penggunaan kurikulum tersebut. Namun demikian, jika anda teliti lebih lanjut,
para ahli tersebut mempunyai satu tujuanatauarah yaitu mengoptimalkan
kurikulum.
B.
Rumusan dan Batasan Masalah
Dari
uraian latar belakang di atas pemakalah ingin memperjelas dengan rumusan dan
batasan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah Pengertian pengembangan
kurikulum? 2. Apa sajakah model-model pengembangan kurikulum?
3. Apakah Prosedur umum pengembangan kurikulum?
4. Bagaimanakah Implementasi pengembangan kurikulum?
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Menjelaskan pengertian pengembangan kurikulum
2.
Menjelaskan berbagai jenis model-model pengembangan kurikulum
3.
Menjelaskan prosedur umum pengembangan kurikulum
4.
Menjelaskan bagaimanakah implementasi pengembangan kurikulum
PEMBAHASAN
A.
Pengertian pengembangan kurikulum
Dalam bahasa Arab, kata kurikulum
bisa diungkapkan dengan manhaj yang berartijalan yang dilalui oleh
manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikan
(manhaj al-dirasah) dalam qamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan
media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan
tujuan-tujuan pendidikan.[1]
Kurikulum adalah Rancangan Pengajaran atau sejumlah mata pelajaran
yang disusun secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk
memperoleh ijazah.[2]
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan
kurikulum oleh pengembang krikulum dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum
yang dihasilkan dapay menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.[3]
Menurut kamus Bahasa Indonesia atau KBBI pendekatan adalah
“Proses, metode atau cara untuk mencapai sesuatu” Dikaitkan dengan pengembangan
kurikulum memiliki arti sebagai suatu proses, metode atau cara yang ditempuh
oleh para pengembang kurikulum untuk menghasilkan suatu kurikulum yang akan
dijadikan pedoman pendidikanataupembelajatan. Adapun Model adalah pola, contoh,
acuan, ragam dari sesuatu yang akan dihasilkan.
Dikaitkan dengan model pengembangan kurikulum berarti merupakan suatupola, contoh dari suatu
bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan
pendidikanataupembelajaran.
Jika pendekatan atau model di atas dihubungkan dengan Pengembangan
Kurikulum maka pengembangan kurikulum adalah merupakan”Prosedurumum dalam
kegiatan mendesain (designing), menerapkan (implementation),dan
mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum”
Dalam pengembangan kurikulum banyak pihak pihak yang harus
berpartisipasi diantaranya adalah administrator pendidikan, para ahli
pendidikan ahli dalam kurikulum, ahli dalam bidang ilmu pengetahuan, guru dan
orangtua, tokoh masyarakat, dari pihak tersebut yang secara terus menerus
menerus turut terlibat dalam pengembangan kurikulum agar berjalan sesuai
dengan yang direncanakan.[4]
B.
Model pengembangan kurikulum
1.
Model Administratif
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk pengembangan kurikulum
model Administratif, antara lain yaitu: top down approach dan line
staf procedure. Semuanya memiliki arti yang sama yaitu suatu pendekatan
atau prosedur pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh suatu tim atau para
pejabat tingkat atas sebagai pemilik kebijakan.[5]
Secara teknis operasioanal pengembangankurikulum model
administratif ini adalah sebagai berikut:
a)
Timpengembangan kurikulum mulai mengembangkankonsep-konsep umum,
landasan, rujukan maupunstrategi naskah akademik
b)
Analisiskebutuhan
c)
Secara operasional mulai merumuskan kurikulum secara komprehensif
d)
Kurikulum yang sudah
selesai dibuat kemudian dilakukan uji validasi dengan cara melakukan uji coba
dan pengkajian secara lebih cermat oleh tim pengarah tenaga ahli
e)
Revisi berdasarkan pada masukan yang diperoleh
f)
Sosialisasi dan desiminasi
g)
Monitoring dan evaluasi.[6]
Lebih jelas tahap-tahap pengembangan
kurikulum tersebut di atas dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
2.
Model Pendekatan Grass Roots
Pendekatan Grass roots merupakan kebalikan dari pendekatan
Adminidtratif, Pendekatan grass roots yang disebut juga dengan
istilahpendekatan bottom-up, yaitu suatu proses pengembangan kurikulum
yangdiawali dari keinginan yang muncul dari tingkat bawah sekolahatau guru.
Keinginan ini biasanya didorong oleh hasil pengalaman yang
dirasakanpihak sekolah atau guru, di mana kurikulum yang sedang berjalan
dirasakan terdapat beberapa masalah atau ketidaksesuaian dengan kebutuhan dan
potensi yang tersedia di lapangan.
Untuk terlaksananya pengembangan kurikulum model grass roots
inidiperlukan kepeduliandan profesionalisme yang tinggi dari pihak
sekolahantara lain yaitu.
a)
Sekolahatauguru bersifat kritis untuk menyikapi terhadap kurikulum
yangsedang berjalan
b)
Sekolahatauguru memiliki ide-ide inovatif dan bertanggung jawab
untukmengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan potensiyang
dimiliki
c)
Sekolahatauguru secara terus menerus terlibat dalam proses
pengembangan kurikulum
d)
Sekolahatauguru bersikap terbuka dan akomodatif untuk
menerimamasukan-masukan dalam rangka pengembangan kurikulum.[7]
Pengembangan kurikulum model grass roots inisecara teknis
operasional bisa dilakukan dalampengembangan kurikulum secara
menyeluruh(kurikulum utuh), maupun pengembangan hanyaterhadap aspek-aspek
tertentu saja. Misalnyapengembangan untuk satu mata pelajaran ataukelompok mata
pelajaran tertentu, pengembanganterhadap metode dan strategi
pembelajaran,pengembangan visi dan misi serta tujuan, dan lainsebagainya. Dengan demikian yang dimaksudpengembangan
kurikulum baik dengan pendekatantop down approach maupun grass roots
approachsecara teknis bisa pengembangan terhadap kurikulum secara menyeluruh
(kurikulum utuh), atau pengembangan hanya berkenaan dengan bagian atau
aspek-aspek tertentu saja sesuai dengankebutuhan.
Adapun perbedaan yang sangat mendasar bahwa pendekatangrass roots,
inisiatif perbaikan dan penyempurnaan muncul dari arusbawah (sekolah atau guru)
seperti tertera pada tanda panah disamping ini.
Adapun tahap-tahap yang dilakukan ketika mengembangkankurikulum
dengan menggunakan pendekatan grass roots pada dasarnyasamadengan
langkah-langkah pendekatan administratif approachadministratif top down
sedangkan grassroot bottom up, yaitu sepertibagan berikut:
3.
The Demonstration Model atau Model Demonstrasi
Model demonstrasi pada
dasarnya bersifat grass-roots, datang dari bawah.
Model ini diprakarsai oleeh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama
dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya
bersekala kecil, hanya mencakup satu atau beberapa sekolah, satu komponen
kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum.
a) Sekelompok
guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk untuk melaksanakan suatu
percobaan tentang pengembangan kurikulum.
b) Kemudian
hasilnya disebarluaskan di sekolah sekitar.
4.
Beauchamp’s System Model atau Model Beauchamp
Pengembangan
kurikulum dengan menggunakan metode beauchamp dikembangkan oleh Beauchamp
ahli dibidang kurikulum hal ini memiliki 5 bagian pembuat keputusan. Lima tahap
tersebut adalah:
a) Memutuskan
arena atau lingkup wilayah pengembangan kurikulum, suatu keputusan yang
menjabarkan ruang lingkup upaya pengembangan. (suatu gagasan pengembangan
kurikulum yang telah dilaksanakan di kelas diperluas di sekolah-sekolah di
daerah tertentu baik bersekala regional atau nasional yang disebut arena)
b) Menetapkan
personalia atau tim para ahli kurikulum, yaitu siapa-siapa saja yang ikut
terlibat dalam pengembangan kurikulum.
c)
Tim menyusun tujuan
pengajaran kurikulum dan pelaksanaan proses belajar mengajar, untuk tugas
tersebut perlu dibentuk dewan kurikulum sebagai coordinator yang bertugas juga
sebagai penilai pelaksanaan kurikulum, memilih materi pelajaran baru,
menentukan berbagai kriteria untuk memilih kurikulum mana yang akan dipakai dan
menulis secara menyeluruh mengenai kurikulum yang akan dikembangkan.
d) Implementasi
kurikulum,
yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum seperti yang sudah diputuskan dalam
ruang lingkup pengembangan kurikulum.
e) Evaluasi
kurikulum.[8]
5.
Roger’s Interpersonal Relation
Model atau Model Roger’s
Carl
Rogers adalah seorang ahli psikologi yang berpandangan bahwa manusia dalam
proses perubahan mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembangsendiri tetapi
karena ada hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk
mempercepat unruk perubahan tersebut.[9]
Berdasarkan pandangan tentang manusia maka Rogers mengemukakan model
pengembangan kurikulum yang disebut dengan model Relasi Interpersonal Rogers.
Ada
empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers diantaranya adalah:
a) Diadakan
kelompok untuk dapat melakukan hubungan internasional di tempat yang tidak
sibuk untuk memilih target system pendidikan.
b) Pengalaman
kelompok yang intensif bagi guru, atau dalam waktu tertentu para peserta saling
bertukar pengalaman di bawah pimpinan staf pengajar
c)
Kemudian diadakan pertemuan
dengan masyarakat yang lebih luas lagi dalam suatu sekolah, sehingga hubungan
interpersonal akan lebih sempurna yaitu antara guru dengan murid, guru dan
peserta didik dan lainnya.
d) Selanjutnya
diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas lagi seperti langkah no 3
dalam situasi ini diharapkan masing-masing person akan saling menghayati dan
lebih akrab sehingga memudahkan memecahkan probel sekolah lebih cepat.
6.
The Systematic Action-Research Model atau Model
Pemecahan Masalah
Model
ini dikenal juga dengan nama action research model dengan asumsi bahwa
perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Dari sisi proses, kurikulum
model ini sudah melibatkan seluruh komponen pendidikan yang meliputi siswa,
orang tua, guru serta sistem sekolah. Kurikulum dikembangkandalam rangka
memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan (stakeholder) yang meliputi orang tua siswa, masyarakat, dan
lain-lain. Penyusunan kurikulumdilakukan dengan mengikuti prosedur action
research.[10]menyebutkan
ada dua langkah dalam penyusunankurikulum jenis ini.
a) Melakukan
kajian tentang data-data yang dikumpulkan sebagai bahan penyusunan kurikulum.
Data (informasi) yang dikumpulkan hendaknya valid dan reliabel sehingga dapat
digunakan sebagai dasar yang kuat dalam pengambilan keputusan penyusunan
kurikulum. Data yang lemah akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan
keputusan. Berdasarkan keputusan ini,disusunlah rencana yang menyeluruh
(komprehensif) tentang cara-cara mengatasimasalah yang ada.
b) Melakukan
implementasi atas keputusan yang dihasilkan padalangkah pertama. Dari proses
ini akan diperoleh data-data (informasi) baru yang selanjutnya dimanfaatkan
untuk mengevaluasi masalah-masalah yang muncul dilapangan sebagai upaya tindak
lanjut untuk memodifikasi atau memperbaiki kurikulum.
7.
Taba’s Inverted
Model
Model pengembangan
kurikulum ini dikembangkan oleh Hilda Taba atas dasar data induktif yang
disebut model terbalik, karena biasanya pengembangan kurikulum didahului oleh
konsep-konsep yang secara deduktif.
Taba berpendapat model
deduktif ini kurang cocok,sebab tidak merangsang timbulnya inovasi-inovasi,
menurutnya pengembangan kurikulum yang lebih mendorong inovasi dan kreatiitas
guru adalah yang bersifat induktif, yang merupakan investasi atau arahan
terbalik dari model tradisional.[11]
Pengembangan model ini diawali
dengan melakukan pencarian data serta percobaan dan penyusunan teori serta
diikuti dengantahapan implemen-tasi, hal ini dilakukan guna mempertemukan teori
dan praktek, adapun lankah –langkah adalah
a) Mendiagnosis kebutuhan merumuskan tujuan menentukan materi,
penilaan, memperhatikan antara luas dan dalamnya bahan,
kemudian disusunkah suatu unit kurikulum.
b)
Mengadakan
try out
c)
Mengadakan
revisi atas tray out
d)
Menyusun
kerangka kerja teori
e)
Mengumumkan
adanya kurikulum baru yang akan diterapkan.[12]
C.
Prosedur Pengembangan Kurikulum
Setelah kita memahami pengertian dan
model-model pengembangan kurikulum, kita tinggal bagaimana menerapkan konsep
pengembangan kurikulum tersebut. Akan tetapi, penerapan tersebut haruslah
melalui beberapa prosedur. Prosedur yang sistematis ini saling terkait dan
berkelanjutan atau bisa dikatakan berdasarkan pada
proses manajeman. Adapun prosedurnya
yaitu; perencanaan kurikulum, pengorganisasian kurikulum, penyusunan staf dan
kontrol kurikulum.[13]
1.
Perencanaan Kurikulum
Perencanaan merupakan suatu proses intelektual yang
melibatkan pembuatan keputusan.proses ini menuntut persiapan mental untuk
berpikir sebelum bertindak, berbuat berdasarkan kenyataan, bukan perkiraan dan
berbuat sesuatu secara teratur. Perencanaan membantu organisasi untuk fokus
pada keuntungan jangka pendek untuk mempertimbangkan pentingnya program dan
kegiatan-kegiatan serta pengaruhnya untuk masa mendatang. Suatu rencana yang
baik terdiri dari 5 unsur khusus, yaitu:
a.
Tujuan dirumuskan secara jelas.
b.
Komperhensif, menyeluruh namun jelas bagi staf dan para anggota organisasi.
c.
Hirarki rencana yang terfokus pada
daerah yang paling penting.
d.
Bersifat ekonomis, mempertimbangkan
sumber-sumber yang tersedia.
e.
Layak, yaitu memungkinkan adanya perubahan.
2.
Pengorganisasian Kurikulum
Organisasi
adalah suatu kelompok sosial yang bersifat tertutup atau terbuka terhadap pihak
luar yang diatur berdasarkan aturan tertentu yang dipimpim oleh seorang
pemimpin atau seorang staf administratif yang dapat melaksanakan bimbingan
secara teratur dan bertujuan. Untuk mengembangkan kurikulum,
pengorganisasiannya adalah:
a.
Organisasi
perencanaan kurikulum, dilaksanakan oleh suatu tim pengembang kurikulum.
b.
Organisasi
dalam rangka plaksanaam kurikulum, pada tingkat daerah atau u
c.
Organisasi
dalam evaluasi kurikulum, yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan.
Pada
masing-masing jenis organisasi tersebut dilaksanakan oleh suatu susunan
kepengurusan yang ditentukan sesuai dengan struktur organisasi dengan
tugas-tugas ornganisasi tertentu. Secara akademik, organisai kurikulumnya
meliputi:
a.
Kurikulum
mata pelajaran, terdiri dari sejumlah mata pelajaran secara terpisah.
b.
Kurikulum
bidang studi, memfungsikan beberapa mata pelajaran sejenis.
c.
Kurilukulum
integrasi, memusatkan kurikulum pada opik atau masalah tertentu.
d.
Core
Curcuum, kurikum disusun berdasarkan masalah dan kebutuhan siswa.
i.
Di
sini, bentuk-betuk kurikulum disusun menurut pola organisasi kurikulum yang
terstruktur, urutan dan ruang lingkup materi tertentu.
3.
Penyusunan Staf
Staffing
adalah fungsi yang menyediakan orang-oang untuk melaksanakan
suatu sistem yang direncanakan dan diorganisasikan. Staffing dilaksanakan
setelah semua tugas ditetapkan terlebih dahulu. Staffing terdiri dari:
a.
Rekrutmen;
adalah suatu proses ketenagaan yang berkualifikasi tertentu untuk menempati
posisi kerja yang tersedia. Rekrutmen ini bisa dilaksanakan secara internal dan
eksternal.
b.
Seleksi;
adalah proses mengidentifikasi kriteria seleksi bagi calon ketenagaan.
c.
Hiring;
setelah mengidentifikasi kandidat-kandidat terbaik, kemudian perlu dipilih
kandidat yang paling baik dari daftar tersebut, menentukan calon yang paling
memenuhi kualifikasi yang telah ditetapkan.
d.
Penempatan;
proses ini merupakan ke lingkungan pekerjaan yang senyatanya. Disini, tenaga
kerja diberikan kesempatan untuk mengembangkan bakatnya secara maksimal.
e.
Manajemen
staf; adlah kegiatan menumbuhkan dan mengembangkan unsure ketenagaan pada suatu
lembaga.
4.
Kontrol Kurikulum
Pengontrolan
adalah proses pengecekan performance terhadap standart untuk menentukan sejauh
mana tujuan telah tercapai. Kontrol ini sangat berhubungan erat dengan
perencanaan sebagai bagian dari sistem. Sedangkan control kurikulum adalah
proses pembuatan beberapa keputusan tentang kurikulum di dalam sekolah, atau
proses pengajaran yanag dibatasi oleh minat-minat pihak luar, seperti orang
tua, karyawan dan masyarakat.
D.
Implimentasi pengembangan kurikulum.
Implementasi
merupakan proses penerapan ide, konsep, kebijakan, dalam bentuk tindakan
praktis, sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan, maupun nilai dan sikap.[14]
Kurikulum tidak akan tercapai jika hanya
dibiarkan setelah dikembangkan. Kurikulum yang telah didesain optimal harus
diimplementasikan dan mempunyai hasil bagi pembelajaran. Banyak kurikulum yang
telah didesain dan dikembangkan tidak diiplementasikan karena ketiadaan suatu
rencana perubahan dalam keseluruhan suatu sistem persekolahan.
Kurikulum yang gagal boleh jadi karena
alasan belum mempertimbangkan pengembangan kurikulum secara kritis. Seringkali,
individu dalam sekolah percaya bahwa usaha kurikulum adalah untuk melengkapi
rencana baru yang dikembangkan atau material baru yang dibeli. Perhatian lebih
banyak diberikan pada permasalahan manajemen dan organisasi dibanding pada
perubahan kurikulum. Banyak individu yang bertanggung jawab pada kurikulum
tidak memprosses suatu pandangan makro perubahan atau menyadari bahwa inovasi
memerlukan perencanaan hati-hati dan monitoring yang ketat. Individu tersebut
sering berpikir bahwa implementasi adalah merupakan pengunaan program baru atau
tidak.[15]
Implementasi yang sukses adalah suatu
proses yang mempunyai beberapa hal baru. Implementasi tergantung pada
pendekatan umum pengembangan kurikulum dan kurikulum itu sendiri. Kebanyakan
orang percaya bahwa implementasi yang sukses, bersandarkan pada penggambaran
langkah-langkah yang tepat yang terutama menyangkut proses pengembangan.
Kebanyakan orang mempertimbangkan implementasi adalah sebagai sesuatu yang tak
dapat diramalkan dan tidak pasti.
Implementasi dapat dipandang sebagai
rangkaian yang sangat teknis secara alami ke seluruh aliran dan sangat estetis.
Titik pusatnya adalah bahwa hal ini merupakan suatu komponen dalam siklus
tindakan kurikulum yang tidak bisa dilalaikan. Langkah ini melibatkan tindakan
luas yang tidak hanya, sebagai contoh, perubahan tempat kerja untuk staff.
Implementasi merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan, tindakan, dan sikap
individu. Implementasi adalah suatu interaksi proses antara mereka yang
menciptakan program dan mereka yang melaksanakannya.
Implementasi kurikulum yang sukses
dihasilkan dari perencanaan hati-hati. Proses perencanaan membutuhkan sumber
daya untuk menyelesaikan aktivitas yang diharapkan. Hal ini menetapkan dan
menentukan bagaimana cara mengurus kebijakan yang akan memerintah tindakan yang
direncanakan tersebut. Planninng berlangsung sebelum program atau penyerahan
program.
Matthew Miles dan Karen Louis mencatat
bahwa untuk perencanaan untuk terjadi harus ada visi yang dibangun. Dalam riset,
mereka menemukan bahwa sekolah yang sukses dalam menerapkan perubahan yang
meningkatkan program mereka mempunyai staff yang memegang gambaran serupa dari
apa yang sekolah perlukan. Para guru merasa terikat dengan program yang baru
dan dikengembangkan dan mempunyai semangat terhadap inovasi itu.[16]
Apapun orientasi seseorang kepada
kurikulum, tidak ada penyangkalan bahwa implementasi itu memerlukan
perencanaan, dan perencanaan terfokus pada tiga faktor: orang-orang, program,
dan proses. Tiga faktor tidak dapat dipisahkan. Seorang pemimpin boleh
menekan satu faktor lebih dari yang lain, tetapi tidak ada pemimpin yang mahir
yang akan mengabaikan tiap faktor sama sekali semuanya. Banyak sekolah yang
sudah gagal untuk menerapkan program mereka sebab mereka mengabaikan
faktor-faktor dan membelanjakan uang kurikulum gagal adalah bahwa pembaharu
kurikulum, khususnya dari universitas, memusatkan energi mereka pada mengubah
program tetapi tidak cukup perhatian pada kebutuhan para guru dan perhatian
minimal kepada organisasi sekolah.[17]
Berikut ini adalah beberapa yang mendukung
proses pelaksanaan implementasi diantaranya adalah:
Pertama, Menkomunikasikan
Rencana Implementasi. Kapanpun dan dimanapun saat program sedang dirancang,
saluran komunikasi harus dibiarkan terbuka sehingga program yang baru datang
bukan sebagai suatu kejutan. Diskusi tentang suatu program baru antar para
guru, utama, dan kurikulum wirkers adalah kunci sukses
implementasi. Tetapi komunikasi adalah peristiwa kompleks. Komunikasi
menggambarkan transmisi fakta, gagasan, nilai-nilai, perasaan, dan sikap dari
seseorang kelompok ke yang lain. Komunikasi berhadapan dengan pesan yang
memproses antara pengirim dan penerima suatu pesan.[18]
Mengetahui komunikasi adalah pesan antara
pengirim dan penerima tidaklah cukup untuk memastikan bahwa komunikasi akan
jadi efektif, akurat atau bermutu. Untuk meyakinkan bahwa jaringan komunikasi
adalah menyeluruh dan pesan yang dikirimkan pada tempatnya, spesialis kurikulum
harus memahami saluran cummunication informal dalam sistem persekolahan.
Saluran komunikasi formal mengikuti pengaturan yang mapan dalam tingkatan
organisasi. Komunikasi dapat mengalir sepanjang seluruh tingkat organisasi,
baik vertikal maupun horisontal antar panutan. Komunikasi ke samping akan
membentuk networking horisontal antar panutan.
Tantangan komunikasi, formal atau
informal, samping atau mengarah ke bawah atau menaik, adalah pesan yang
disiarkan dalam bentuk lisan atau bentuk tulis. Informasi tentang program baru
dapat dikomunikasikan atas pertolongan surat, memo, artikel, buku, buletin,
laporan riset, dan pidatoatausuara.[19]
Kedua , Dukungan Implementasi
Para perancang kurikulum harus didukung
untuk modifikasi program yang direkomendasikan untuk memudahkan implementasi
cepat mereka. Mereka harus lakukan ini sehingga mereka dapat membangun
keyakinan diri mereka. Pendidik sering memerlukan pelatihan untuk merasakan
nyaman dengan program baru.
Guru mempunyai tanggung jawab utama adalah
untuk mengajarkan kurikulum, tetapi para guru, jika mereka ingin mempunyai
suatu pengaruh dalam implementasi dan pengembangan kurikulum harus mempunyai
suatu pemahaman yang tepat mengenai konsep kurikulum dan bagaimana suatu
kurikulum diciptakan.[20] Tanpa dukungan
keuangan cukup, usaha untuk mendapatkan suatu program yang efektif akan gagal.
Materi diperlukan untuk peralatan dan material suatu program baru. materi
adalah juga diperlukan untuk menyediakan dukungan manusia untuk implementasi
sebuah usaha. Di tingkatan yang lokal itu, ada lima langkah yang dilibatkan
dalam budgetting program baru: persiapan, ketundukan, adopsi,
pelaksanaan, dan evaluasi.
Suatu hubungan kepercayaan harus ada antar
semua organ dalam sekolah, khususnya antara administrator dan guru. Kepercayaan
adalah penjamin utama kunci sukses inovasi dan implementasi. Implementasi
adalah suatu usaha emosional dan kolaboratif. Dukungan adalah hal penting jika
implementasi diharapkan sukses.[21] Dan Lortie menunjuk para
guru mengalokasikan mayoritas waktu kerja mereka dalam kelas dengan para siswa
mereka, oleh karena itu hendaknya mereka mempunyai komunikasi minimal dengan
rekan dan pemimpin mereka. Peluang untuk para guru untuk bekerja sama, berbagi
gagasan, bersama-sama memecahkan permasalahan, dan dengan cara kerja sama
menciptakan material yang memungkinkan implementasi kurikulum dapat sukses.
Implimentasi pengembangan kurikulum
mempunyai tiga tahapan yaitu:
1.
Pengembangan program, mencakup program tahunan,semester,bulanan dan harian.
2.
Pelaksanaan pengajaran, dalam pelaksanaan pengajaran yang paling berperan
adalah seorang guru. Tugas utama guru di sini adalah mengkondisikan lingkungan
agar menunjukkan perubahan prilaku bagi peserta didik tersebut.
3.
Evaluasi. Evaluasi yang dilaksanakan sepanjang proses pelaksanaan semester,
serta penilaian akhir formatif mencakup penilaian kesuluruhan secara utuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
implementasi kurikulum diantaranya adalah:
1.
Karakteristik kurikulum, yang mencakup ruang lingkup, bahan ajar, tujuan
fungsi, sifat dan sebagainya.
2.
Strategi implementasi, yaitu strategi yang digunkan dalam implementasi
pengembangan kurikulum, seperti diskusi profesi, seminar penataran, lokakarya
penyediaan buku kurikulum, dan berbagai kegiatan yang dapat mendorong
penggunaan kurikulum di lapangan.
3.
Karakteristik penggunaan kurikulum, yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, serta nilai dan sikap guru terhadap kurikulum dalam pembelajaran.
KESIMPULAN
Pendekatan adalah “Proses, metode atau cara untuk mencapai
sesuatu” Dikaitkan dengan pengembangan kurikulum memiliki arti sebagai suatu
proses, metode atau cara yang ditempuh oleh para pengembang kurikulum untuk
menghasilkan suatu kurikulum yang akan dijadikan pedoman
pendidikanataupembelajatan. Adapun Model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari
sesuatu yang akan dihasilkan.
Dikaitkan dengan model pengembangan kurikulum berarti merupakan suatupola, contoh dari suatu
bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan
pendidikanataupembelajaran.
Kurikulum adalah Rancangan Pengajaran atau sejumlah mata
pelajaran yang disusun secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program
untuk memperoleh ijazah
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan
kurikulum oleh pengembang krikulum dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum
yang dihasilkan dapay menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.
Model-model
pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut
1.
Model Administratif
2.
Model Pendekatan Grass Roots
3.
The
Demonstration Model atau Model
Demonstrasi
4.
Beauchamp’s
System Model atau Model
Beauchamp
5.
Roger’s Interpersonal Relation
Model atau Model Roger’s
6.
The Systematic Action-Research Model atau Model
Pemecahan Masalah
7.
Taba’s Inverted Model
Implementasi
merupakan proses penerapan ide, konsep, kebijakan, dalam bentuk tindakan
praktis, sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan, maupun nilai dan sikap.
* Di tulis oleh tim (Muhammad Rouf, Dedi Eko Riyadi dan Ahmad Said)
[2] Ibid
[3] Suparlan, M,Ed,
Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2011) Hlm 79.
[4]Nana Syaodih Sukmadinata,
Pengembangan Kurikulum teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2007) Hlm 155.
[5]Ibid, Hlm 161.
[6] Dakir, Prof, Dr,
H, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010) Hlm
105
[7] ibid
[8]Nana Syaodih Sukmadinata, Op.Cit,
Hlm 163.
[9] Ibid, Hlm 167.
[10] Sukmadinata,
Nana Syaodih, Pengembangan Kurikum Teori
dan Praktek, (Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya 2005) Hlm 169.
[11]Nana Syaodih Sukmadinata, Op.Cit,
Hlm 167
[12] Dakir, Prof, Dr,
H, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum, Loc.Cit, Hlm 107
[13] Oemar
Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), hal. 135-139.
[14] Musthofa Rembangy, Pendidikan
Transformatif, (Yogyakarta : Teras, 2008) , hal. 131.
[15] Prof. Dr. Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Yagyakarta : Pustaka
Pelajar, 2005).
[16] Burhan Nurgiyantoro, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yagyakarta:BPFE-
Yagyakarta, 2008) hal 51.
[17]
Aryt H. Gunawan, Kebijakan-Kebijakan Pendidikan Di Indonesia, (Jakarta:
Bina Aksara, 1986), hal. 49
[18] Ali
Maksum Dan Luluk Yunan, Paradigma Pendidikan Unifersal, (Yogyakartya: Ercisod,
2004), hal. 142
[19] Dr. Oemar hamalik, kurikulum dan
pembelajaran, (jakarta: bumi aksara, 2007), hal.39.
[20] Darmaningtiyas, Pendidikan Pada Dan
Setelah Kritis, (Yagyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hal. 126.
[21]
Murray lee, Elementary Education Today
And Tomorrw, allyn an boston, bacon, 1966 hal 34.
Posting Komentar