0
Sebuah Nama Sebuah Cerita; Refleksi Kepengurusan IMARO 2009-2010
Posted by Unknown
on
11.30
in
Tubanku
Hantaran
IMARO adalah
merupakan organisai paguyuban mahasiswa Tuban yang menimba ilmu di IAIN Sunan
Ampel Surabaya. Inilah ikrar bersama anggota IMARO, jadi dalam tubuh IMARO
tidak boleh ada dominasi salah satu ORMEK (Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus)
, karena pada hakikatnya dalam tubuh IMARO sendiri terdapat multi ORMEK yang masing-masing
berkontribusi besar terhadap perkembangan IMARO. Tetapi, keberadaannya harus disimpan
dalam-dalam untuk menghormati ideologi dan konstitusi IMARO sebagai organisasi
paguyuban tanpa mempedulikan kepentingan
golongan.
Pada Tahun 2007, IMARO bangkit kembali dari tidur
panjangnya. Pada saat itu bertepatan dengan adanya musibah banjir yang menimpa Daerah Widang-Tuban, akhirnya
jiwa-jiwa solidaritas kedaerahan muncul dan menggerakkan para sanior IMARO untuk
menggalang dana bantuan yang disumbangkan kapada para korban banjir – sebut
saja Cak Fahmi – bisa dikatakan dialah motornya IMARO saat itu. Inilah sebuah
pemandangan yang kita rindukan saat ini, Akan tetapi, apakah kita harus
menunggu Tuban banjir lagi?
Perjalanan
Kepengurusan 2009-2010
Tahun 2009,
FORTA diadakan, terpilihlah Mas Imam Ghozali sebagai penggantinya cak Fahmi.
Seperti biasa, dalam prosesnya ada rekayasa saling debat mnunjukkan keburukan
pengurus yang lain (sungguh pemandangan yang kurang baik di mata para kader),
yang katanya itu sebagai bahan pembelajaran. Gak tahu lah..apa itu benar, yang
jelas, hasilnya bisa dilihat pada kinerja dan antusias para anggota IMARO dalam
berkegiatan.
Perjalanan kepengurusan pada periode
ini diawali dengan semangat yang membara dari para pengurusnya. Hal itu dapat
dilihat pada penyusunan program kerja pada semua bidang yang bertempat di SMA
Bina Bangsa Siwalan Kerto yang berakhir sampai dini hari jam 02.00 WIB pagi. Dari rapat itu dihasilkan berbagai
macam program kegiatan yang besar dan sulit direalisasikan. Hal yang tidak
seimbang terjadi ketika berjalannya masa kepengurusan. Semangat para pengurus
IMARO tidak sebesar pada waktu penyusunan program. Banyak program yang tidak
terlaksana pada semua bidang. Padahal job description sudah dijelaskan dan
diberikan dengan baik. Memang idealitas yang tinggi sulit untuk dijadikan
relitas apabila kurang adanya kesanggupan dan solidaritas yang tinggi, terlebih
lagi karena benturan aktivitas kuliah yang menjadikan mahasiswa Tuban tidak
bisa berkutik.
Rapat kerja dilakukan dua kali
selama kepengurusan, yaitu pada semester ganjil dan semester genap. Hal itu
dipandang perlu karena satu Tahun itu merupakan waktu yang panjang dan pada
masing-masing semester terdapat konteks situasi yang berbeda. Maka perlu
dilakukan upgrade program kerja. Pada empat bidang, ada beberapa kegiatan besar
yang terlaksana. Misalnya pada bidang kekaryaan, antara lain Bazar wisuda
sarjana IAIN, Praktek Kerja Mahasiswa, Latihan Dasar Kepemimpinan dan
sebagainya. Selain itu juga banyak sekali program yang tidak terlaksana. Pengadaan
jaket IMARO, Pengadaan KTA , Training motivasi ke sekolah-sekolah dan lain
sebagainya. Ini tidak dapat dipungkiri, karena memang kurang adanya kerja sama
yang solid diantara pengurusnya, itu bisa dilihat ketika rapat bidang ataupun
rapat panitia. Memang dalam organisasi itu yang terpenting adalah adanya saling
pengertian dan rela berkorban demi kepentingan bersama. Akhirnya semua itu
berimbas pada kinerja organisasi yang tidak bisa maksimal. Akan tetapi yang
terpenting, walaupun semua itu sudah terjadi, jangan sampai ada rasa dendam
ataupun saling menyalahkan. Hubungan baik harus tetap terjalin satu sama lain.
Sebuah
Rekomendasi
Dunia perkuliahan merupakan fase
dimana kita dituntut untuk serius 100 persen agar nantinya lulus dengan nilai
yang memuaskan. Hal itu sangat benar, karena dari rumah niatan kita memang
untuk belajar ilmu perkuliahan, bukan untuk yang lainnya. Orang tua kitapun
telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, semua itu demi kita, agar nantinya
menjadi orang sukses, baik secara akademis ataupun finansial. Akan tetapi perlu
diingat kawan, pintar secara akademis saja tidak cukup. Kita perlu belajar
berinteraksi dengan lingkungan sekitar untuk lebih tahu banyak hal yang tidak
bisa kita dapatkan di bangku kuliah. Selain itu juga untuk menjalin
persahabatan dan jaringan dengan orang-orang yang kredibel di sekitar kita.
Organisasi adalah tempat yang paling tepat untuk merealisasikannya.
Di dunia kampus banyak sekali wadah
organisasi untuk mengaktualisasikan kapasitas diri kita. Pilihan ada di tangan
kita, sesuai dengan ideologi, minat, bakat, hobby dan sebagainya. Tetapi satu
yang perlu diingat, sebagai warga Tuban, kita tidak akan terlepas dari ikatan
persaudaraan dan letak geografis ini. Satu tempat, yaitu Ikatan Mahasiswa
Ronggolawe (IMARO) Tuban. Tidak ada yang bisa mengeluarkan kita dari
keanggotaan, karena kita tetap menjadi mahasiswa asal Tuban. Sebagai satu
daerah, kurang etis kalau kita tidak mau berinteraksi dengan teman sesame satu
daerah.
Selanjutnya, dari sekian lama IMARO
eksis dengan kegiatannya, ada beberapa hal yang bisa dijadikan renungan dan
sekedar sumbangan ide untuk kesuksesan IMARO ke depan. Pertama, Seyogyanya
IMARO harus dan harus menjaga netralitas organisasi dari segala bentuk dominasi
dan misi-misi organisasi ideologis lainnya. Jika itu bisa dilakukan, niscaya
IMARO akan semakin mendapat perhatian di mata kadernya dan para alumni, serta
dosen-dosen asal Tuban. Tetapi, jika sebaliknya yang terjadi, maka IMARO tidak
lebih akan hanya menjadi sebuah nama saja yang tidak memiliki independensi. Kedua,
Hendaknya Penyusunan program kegiatan disesuaikan dengan kapasitas
kemampuan dan nilai urgensitas kegiatan itu. Maka, perlu adanya seleksi dengan
memprioritaskan kegiatan yang paling penting, agar nantinya tidak ada program
yang gagal terlaksana. Ketiga, Setelah program terseleksi dan di
tetapkan, harus dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab dan istiqomah. Jangan
karena egoisitas pribadi, kita membiarkan koordinator bidang bekerja sendiri,
itu sama halnya kita mendholimi teman sendiri. Keempat, adanya
pola komunikasi yang berbasis kekeluargaan dalam struktur IMARO. Dengan cara
itu, segala problem akan terselesaikan dengan baik dan tidak ada pihak yang
dirugikan. Selain itu, komunikasi semacam ini akan memperindah hubungan
koordinatif ataupun instruktif di kepengurusan. Bukan dengan cara penghakiman
pihak yang bersalah, itu akan semakin menimbulkan perpecahan di tubuh IMARO
sendiri. Kelima, Dalam LPJ harus ada koordinasi internal yang
baik dari kepengurusan dan biarkanlah peserta sidang menilai dengan objektif
dan alami, tanpa adanya sekenario yang dibuat-buat. Jujur saja, di mata penulis
sendiri itu justru menimbulkan kesan yang buruk di mata semua pihak. Semua
pengurus harus kompak dan bersatu mempertanggung jawabkan kepengurusannya,
bukan justru saling menyalahkan satu sama lain, itu sama dengan membuka aib
sendiri. Terakhir, yang kekenam, dalam bidang eksternal, hubungan
IMARO dengan alumni, para dosen asal Tuban dan saudara –saudara Tuban di luar
IAIN (kampus lain) perlu sekali diperbaiki. Untuk alumni dan para dosen, bisa
dimulai dengan pendataan nama-namanya, tempat tinggalnya dan sebagainya untuk
kemudian kita undang dalam berbagai even di IMARO. Selain itu, pada momen-momen
tertentu kita juga bisa sillaturrahim ke tempat tinggal mereka. Tidak kalah
pentingnya adalah saudara Tuban di luar IAIN, terutama di Tuban sendiri. Disana
ada UNIROW, UNANG, STITMA, STIE Muhammadiyah, AKPER, dan STIKES NU, sedangkan
untuk di Surabaya juga perlu dijangkau, seperti teman-teman kita di UNESA,
UNAIR, ITS, UPN dan lain-lain. Penulis merindukan semua teman-teman kita ini
bisa bersatu dalam wadah yang lebih luas. Kemudian dalam berbagai kegiatan bisa
saling menukarkan delegasinya. Seperti kata Cak Umam, “Apabila ada paguyuban
mahasiswa Tuban yang lebih luas, maka itu akan semakin baik, asalkan kita masih
diberikan otonomi untuk mengatur IMARO sendiri di IAIN”. Yah, itu semua memang butuh
proses.
Demikianlah sekelumit tulisan
kegundahan hati yang ingin disampaikan penulis. Adanya tulisan ini bukan
berarti penulis bebas dari kesalahan di IMARO, justru banyak sekali kekurangan
dan sedikit sekali kontribusi penulis di IMARO. Akan tetapi, walaupun demikian,
besar sekali harapan penulis dan kita semua agar bagaimana paguyuban mahasiswa
Tuban ini dapat tetap eksis dan berkembang dengan baik di IAIN, Surabaya, Jawa
Timur, bahkan di Indonesia.
Wallahu
a’lam Bis-Showab
Posting Komentar