0
Syi'ar yang Arif
Posted by Unknown
on
04.44
in
Corat-Coret
Takbir berkumandang di
mana-mana, bahkan suaranya pun menggema diberbagai belahan bumi
Indonesia dari speaker pengeras suara. Karena mungkin Indonesia adalah
negara berpenduduk muslim mayoritas di dunia. Di samping itu, Indonesia
juga adalah negara demokrasi beragama yang menjamin kebebasan warganya
dalam melaksanakan ajaran agamanya sesuai Undang-Undang. Tapi ada
fenomena menarik, di tempat saya tinggal, di sebuah Dusun Areng-Areng RT
01/RW 03, Kelurahan Dadaprejo Kecamatan Junrejo Kota Batu. Rumah tempat
saya tinggal adalah milik seorang Ibu yang menjadi sesepuh di keluarga
besarnya yang merupakan warga minoritas di sini, karena mereka adalah
penganut Kristen, di tengah-tengah mayoritas warga yang beragama Islam.
Hal yang sangat menarik adalah, semenjak sore menjelang Maghrib,
rumahnya tertutup rapat dan mobilnya pun tidak ada di depan rumahnya.
Sampai dini hari ini, mobilnya ternyata belum ada juga, sepertinya semua
orang tidak berada di dalam rumah dan tentunya pasti bermalam di
tempat lain. Tepat di sebelah timur rumah beliau terdapat musholla
kecil, dengan speaker luar keras yang tepat mengarah ke rumah beliau.
Dengan bunyi lafadz adzan sehari lima kali dan dengan kumandang takbir
yang mulai ba'da maghrib sampai subuh, mungkin bagi keluarga ini agak
atau cukup mengganggu. Dalam pikiran saya terbesit, mungkin saja
keluarga minoritas yang beragama Kristen ini merasa terganggu dengan
suara takbir itu yang sangat keras terdengar. Sehingga mereka lebih
memilih tidak tidur di rumah semalam ini.
Takbir yang dikumandangkan dengan keras semalam suntuk sangat baik untuk menyambut hari raya dan tentunya akan mempengaruhi dan meningkatkan spiritualitas kita sebagai seorang muslim dan mukmin. Dengan lantunan takbir, tahmid dan tahlil yang dengannya kita dapat meresapi makna-makna yang terkandung di dalamnya, membuat hati kita kian mantap merasakan kesejukan ruhaniyah. Namun, apabila itu dipaksakan diperdengarkan kepada tetangga atau teman kita yang kebetulan berlainan keyakinan dengan kita, mungkin itu akan menimbulkan kesan yang sebaliknya. Bisa jadi, itu bisa mengganggu spiritualitas pribadinya yang berlainan keyakinan dan tentunya mereka punya ekspresi spiritualitas sendiri. Saya coba membalik, apabila kebetulan rumah kita dekat dengan gereja, pura, kuil atau wihara, dan ketika beribadah, para penganutnya menggunakan speaker luar yang keras dan tepat mengarah ke rumah kita, tentunya kita mungkin atau bahkan pasti akan merasa terganggu.
Dalam hal ini, syi'ar Islam yang diekpresikan melaui takbir dengan keras yang memang diperintahkan oleh agama kita, seyogyanya tidak mengganggu orang lain, terutama yang berlainan keyakinan. Apabila itu kita lakukan, sama saja kita memaksa mereka meresapi makna kalimat-kalima Toyyibah yang kita perdengarkan, padahal itu bertentangan dengan keyakinan esensial mereka. Dalam komunitas yang semua warganya muslim itu tidak menjadi masalah, bahkan sampai subuh datang tetap diteruskan, akan tetapi bila di dekat musholla atau masjid kita ada mereka yang "lain", itu bisa mengganggu. Solusinya, apabila takbir hendak dilanjutkan sampai subuh, bisa menggunakan speaker dalam, atau jika hendak menggunakan speaker luar, cukup tidak lebih dari jam 21.00 atau 22.00 malam. Karena tidak ada paksaan dalam beragama, "Laa Ikraha fi Ad-Diin"........Wallahu A'lam......
Takbir yang dikumandangkan dengan keras semalam suntuk sangat baik untuk menyambut hari raya dan tentunya akan mempengaruhi dan meningkatkan spiritualitas kita sebagai seorang muslim dan mukmin. Dengan lantunan takbir, tahmid dan tahlil yang dengannya kita dapat meresapi makna-makna yang terkandung di dalamnya, membuat hati kita kian mantap merasakan kesejukan ruhaniyah. Namun, apabila itu dipaksakan diperdengarkan kepada tetangga atau teman kita yang kebetulan berlainan keyakinan dengan kita, mungkin itu akan menimbulkan kesan yang sebaliknya. Bisa jadi, itu bisa mengganggu spiritualitas pribadinya yang berlainan keyakinan dan tentunya mereka punya ekspresi spiritualitas sendiri. Saya coba membalik, apabila kebetulan rumah kita dekat dengan gereja, pura, kuil atau wihara, dan ketika beribadah, para penganutnya menggunakan speaker luar yang keras dan tepat mengarah ke rumah kita, tentunya kita mungkin atau bahkan pasti akan merasa terganggu.
Dalam hal ini, syi'ar Islam yang diekpresikan melaui takbir dengan keras yang memang diperintahkan oleh agama kita, seyogyanya tidak mengganggu orang lain, terutama yang berlainan keyakinan. Apabila itu kita lakukan, sama saja kita memaksa mereka meresapi makna kalimat-kalima Toyyibah yang kita perdengarkan, padahal itu bertentangan dengan keyakinan esensial mereka. Dalam komunitas yang semua warganya muslim itu tidak menjadi masalah, bahkan sampai subuh datang tetap diteruskan, akan tetapi bila di dekat musholla atau masjid kita ada mereka yang "lain", itu bisa mengganggu. Solusinya, apabila takbir hendak dilanjutkan sampai subuh, bisa menggunakan speaker dalam, atau jika hendak menggunakan speaker luar, cukup tidak lebih dari jam 21.00 atau 22.00 malam. Karena tidak ada paksaan dalam beragama, "Laa Ikraha fi Ad-Diin"........Wallahu A'lam......
Posting Komentar